Seorang yang menjabat sebagai Leader QA dan
seorang HR, untuk merekrut seorang QA yang benar-benar tahu
posisinya sebagai QA memang tidak mudah dan terbilang sulit. Tidak jarang
yang direkrut adalah orang-orang yang hanya dipercayakan bahwa dia bisa
“nge-test” suatu aplikasi.. iya hanya itu..
Nah, Sebenarnya, QA yang benar itu sepertu apa ?
Berikut adalah beberapa point yang saya Highlight sebagai
Software Quality Assurance dalam kurun waktu 3 tahun lebih.
QA dan developer mengerjakan proyek yang sama dengan “tujuan” yang sama. Untuk mendapatkan produk yang berkualitas
QA bukan musuh bagi programmer. QA tidak bertujuan
untuk “Merusak Produk” lalu menggosok kedua tangan sembari tertawa jahat. QA
tidak akan bersuka cita ketika menemukan masalah, bugs, cacat dan
error!
QA akan mengeksplorasi aplikasi untuk mendapatkan status kualitas
produk. Agar bermanfaat bagi proyek, QA harus bertindak seolah-olah
sebagai Konsumen atau User. Kemudian, perihal Bug, Bug bukanlah produk yang dapat dirilis.
Bug tidak membawa manfaat. Hanya kegiatan yang bertujuan untuk
mencapai tujuan bersama untuk mendapatkan produk berkualitas yang membawa
manfaat.
Dan untuk bisa mencapai hal itu, seorang QA harus dapat :
- Mengerti tujuan pada proyek yang dikerjakan
- Memperhitungkan kondisi eksternal (Prioritas, Tenggat waktu, Tujuan, Tugas yang memiliki kepentingan lebih tinggi)
- Dapat mengetahui APA yang perlu dilakukan SEKARANG untuk dapat membantu pengerjaan proyek mencapai tujuannya.
Jika pengujian tidak efisien dan bug yang ditemukan terlambat, Maka akan
ada semakin banyak bug yang akan ditemukan di lain waktu: lokalisasi bug
yang buruk akan memperhambat pengerjaan dari developer apalagi kalau
seorang QA tidak memberikan tingkat prioritas dan tingkat keparahan dari
bug yang ditemukan.
Selain itu, umumnya seorang QA berpikir seperti :“Bagaimanapun aku harus bisa menemukan banyak bugs dan langsung melaporkan
itu ke developer” , Jika QA yang benar-benar tahu bahwa dia seorang
QA, maka ia akan berpikir: “Apa yang dibutuhkan proyek sekarang, dalam format apa dan dengan
prioritas apa?”
Seorang QA harus tau bagaimana merancang Test Desain (Design Test)
Seorang QA harus mengetahui bagaimana merancang sebuah test desain. untuk
melakukan ini, harus diketahui terlebih dahulu paling tidak analisis
testnya. Tergantung pada kondisinya, pengujian dapat dilakukan secara
eksploratif atau sesuai dengan Acceptance Criteria. Pengujian juga
tidak boleh dilakukan tanpa berpikir “apa yang akan terjadi jika saya menekan tombol ini”, Tentunya harus sesuai dengan hasil analisis: apa yang perlu diuji,
dalam prioritas apa dan bagaimana metode yang paling efisien dalam
melakukan hal itu ?
Think First, Then Test!
Seorang QA harus Ahli dalam hal komunikasi
Siapa lagi dong, kalo bukan QA yang harus menanggung kabar buruk kepada
developer nya ? Hal terburuk yang dapat dilakukan oleh seorang QA adalah
ketika menemukan sebuah bug dan memberi tahu kepada developer
“Wah, Aplikasi nya rusak!”.
Seorang QA membutuhkan lebih dari sekedar menemukan bug. QA perlu
melakukan segalanya agar sebisa mungkin dapat mempermudah developer serta
dapat mempersingkat waktu bagi developer dalam memperbaikinya. Mungkin
dengan menambahkan detail screenshot, waktu,
sample data, detail device yang digunakan atau
history log pada saat terjadinya bug. Setiap developer,
dalam proses pengembangan software tidak luput dari yang namanya
melakukan kesalahan. Maka dari itu, dengan adanya tim QA dalam proses
pengujian, akan membantu sebuah proyek menjadi lebih baik dengan menemukan
suatu kelemahan pada proyek yang dikerjakan. Seorang QA tidak bertujuan
untuk menyinggung developer, mencari kesalahan developer ataupun menusuk
hidungnya dengan 2 jari dan menyeret dia ke dalam bug yang kita
temui.
Catatan : Terkadang ada situasi di mana developer tidak dapat memperbaiki
bug yang kita temukan. Pada situasi ini, kamu bisa diskusikan case
tersebut dengan Project Manager dan bersama-sama untuk mencari solusi
terhadap bug tersebut.
Seorang QA harus mempunyai kemampuan analisis yang baik
Seorang QA engineers dengan latar belakang jurusan IT biasanya
memiliki pemikiran analitis yang terlatih. Yang mungkin dimiliki atau
tidak dimiliki oleh QA engineers dengan latar belakang yang
lainnya.
Dalam hal keterampilan dan tools yang digunakan, seorang QA akan
menggunakan tools serta keterampilannya sesuai dengan proyek apa
yang sedang dikerjakan. Bagaimanapun, hal ini akan berguna jika kamu
memahami prinsip dari
client-server architecture, version control systems, serta punya
pemahaman dengan database dan log. Penting sekali untuk
memahami cara kerja aplikasi yang dikerjakan dan juga cara kerja
API. Pengetahuan dasar mengenai SQL, HTML, serta kemampuan
untuk membaca bahasa pemrograman dasar seperti Java, C atau
Python. Pada awalnya, pengetahuan ini akan cukup secara efektif
membantu kamu dalam melakukan pengujian serta menemukan akar penyebab
bug. Ditambah lagi kalau kamu sudah bisa melakukan
Automation Test menggunakan tools Automation.
Kesimpulan
Jadi, apakah kamu sudah siap menjadi seorang QA atau kamu adalah seorang
lulusan baru yang sedang mempertimbangkan QA sebagai karir selanjutnya ?
Saya harap pemikiran saya dapat membantu kamu untuk bisa mengevaluasi diri
sendiri dan memutuskan apakah bidang ini cocok untuk kamu.
Love your job, learn and you will become the leader in your field!
Jika kamu berfikir bahwa artikel ini menarik dan cukup membantu, jangan lupa untuk share artikel ini ke teman-temanmu.
0 komentar:
Posting Komentar