Tampilkan postingan dengan label Manajemen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Manajemen. Tampilkan semua postingan
, ,

Tips Yang Akan Saya Berikan Ke Diri Saya Jika Saya Dapat Memulai Karir Saya Dari Awal Sebagai Software Tester


Melihat kembali perjalanan saya sebagai tester perangkat lunak, ada banyak pelajaran yang saya pelajari dari pengalaman—beberapa di antaranya saya berharap saya tahu ketika saya pertama kali memulai. Jika saya bisa kembali ke masa lalu dan memberikan nasihat kepada diri saya yang lebih muda, saya akan fokus pada prinsip dan praktik yang akan mempercepat karier saya dan membantu saya menghindari beberapa jebakan umum.

Berikut adalah 7 tips utama yang akan saya berikan kepada diri saya yang dulu (dan kepada tester mana pun yang memulai karier mereka hari ini):

Tester dan Pengembang Adalah Partner, Bukan Lawan.


Pada awal-awal, saya keliru percaya bahwa peran seorang tester adalah untuk menemukan kesalahan dalam pekerjaan pengembang. Pola pikir ini menciptakan ketegangan yang tidak perlu antara tim. Kenyataannya, tester dan pengembang adalah kolaborator yang bekerja menuju tujuan yang sama: memberikan perangkat lunak berkualitas tinggi. Semakin baik komunikasi dan kolaborasi antara kedua kelompok ini, semakin baik produknya.

Apa yang akan saya katakan kepada diri saya sendiri
Fokuslah pada membangun hubungan yang kuat dengan pengembang. Bagikan wawasan lebih awal, bantu memecahkan masalah, dan anggap proses pengujian sebagai upaya bersama untuk meningkatkan kualitas produk secara keseluruhan.


Penting banget buat pahamin apa yang user mau

Paham soal teknis pengujian itu penting, tapi ngerti gimana rasanya jadi pengguna itu juga nggak kalah penting. Kalau kamu tahu pengguna kamu dan gimana cara mereka pakai produk, kamu bakal lebih gampang nemuin masalah yang paling bikin kesel. Terus, kamu juga jadi bisa kasih saran buat bikin produknya makin oke dan sesuai sama kebutuhan pengguna beneran.

Apa yang akan saya katakan kepada diri saya sendiri
Luangin waktu buat kenalan sama pengguna kamu. Cari tahu apa aja masalah yang mereka hadapin dan gimana cara mereka pakai software-nya. Kalau kamu punya pandangan yang fokus ke pengguna gini, hasil pengujian kamu bakal lebih berasa dan berguna.

 

Kuasai Piramida Pengujian: Mulailah dengan Unit, Komponen, dan Tes API

Ketika saya mulai melakukan automation pada pengujian, saya langsung melompat ke otomatisasi UI—dan pada akhirnya mengetahui bahwa pengujian UI dapat rapuh, lambat, dan sulit dipelihara. Piramida pengujian mengajarkan kita bahwa fondasi dari strategi pengujian yang baik adalah pengujian unit, diikuti oleh pengujian komponen/UI dan pengujian API. Jenis pengujian ini lebih cepat, lebih andal, dan lebih mudah dipelihara.

Apa yang akan saya katakan kepada diri saya sendiri: 
Prioritaskan pengujian tingkat rendah seperti pengujian unit dan API sebelum terjun ke otomatisasi UI. Anda akan menangkap masalah lebih awal dan memiliki strategi otomatisasi yang lebih kuat dalam jangka panjang.


Cek Ulang Cara Kerja Kamu Setiap Beberapa Bulan

Dunia teknologi tuh berubah cepet banget. Alat-alat, cara kerja, bahkan kebutuhan tim kamu bisa aja berubah. Makanya, penting banget buat cek ulang cara kerja kamu setiap beberapa bulan. Pikirin deh, apakah cara kerja kamu masih cocok sama tren terbaru, inovasi-inovasi baru, dan tujuan proyek kamu sekarang.

Apa yang akan saya katakan kepada diri saya sendiri
Luangkan waktu setiap beberapa bulan buat ngeliatin cara kerja kamu, alat-alat yang kamu pakai, dan strategi-strategi kamu. Jangan takut buat nampilin perubahan kalau ada cara yang lebih bagus.


 Fokus pada Produktivitas Selain Keahlian Teknis

Meskipun menjadi mahir secara teknis penting, sama pentingnya untuk mengembangkan kebiasaan yang meningkatkan produktivitas. Belajar cara mengatur waktu kamu, memprioritaskan tugas, dan tetap fokus akan membantu kamu memberikan hasil yang lebih baik tanpa kelelahan.

Apa yang akan saya katakan kepada diri saya sendiri: 
Produktivitas bukan hanya tentang melakukan lebih banyak; ini tentang melakukan hal yang benar secara efisien. Temukan alat dan metode yang membantu kamu tetap teratur, fokus, dan produktif.


 Dokumentasi Bukan Beban—Jika Dilakukan dengan Cerdas

Awalnya, saya melihat dokumentasi sebagai hal tambahan, sesuatu yang membosankan yang akan memperlambat pekerjaan pengujian yang sebenarnya. Saya kemudian menyadari bahwa dokumentasi yang cerdas adalah bagian kunci dari pengujian, terutama dalam proyek besar. Pengujian, proses, dan laporan bug yang didokumentasikan dengan baik memastikan kontinuitas dan membuat kolaborasi lebih lancar bagi semua orang yang terlibat.

Apa yang akan saya katakan kepada diri saya sendiri: 
Jangan menghindari dokumentasi. Buat templat, jaga agar tetap ringkas, dan dokumentasikan pengujianmu dengan cara yang mudah diikuti oleh orang lain. Ini bukan hanya untuk diri kamu sendiri—ini untuk seluruh tim.


Jangan Pernah Berhenti Belajar 

Pengujian adalah bidang yang terus berkembang. Alat, kerangka kerja, dan metodologi baru diperkenalkan secara teratur. Menjaga diri tetap mengikuti perkembangan ini bisa sangat melelahkan, tetapi ini perlu untuk tetap relevan di industri ini.

Apa yang akan saya katakan kepada diri saya sendiri: 
Prioritaskan pembelajaran berkelanjutan. Entah itu membaca buku, mengambil kursus online, menghadiri konferensi, atau belajar dari rekan-rekan, selalu luangkan waktu untuk meningkatkan keterampilan dan tetap mengikuti perkembangan.


Jangan Malas Untuk Melakukan Exploratory Testing

Meskipun pengujian terstruktur dan automation itu penting, pengujian eksplorasi adalah tempat kamu dapat menemukan masalah yang tidak dibahas oleh skrip. Ini membantu kamu berpikir di luar kotak dan melihat kasus-kasus lain, masalah kegunaan, atau perilaku tak terduga yang dapat lolos dari pengujian otomatis.

Apa yang akan saya katakan kepada diri saya sendiri: 
Jangan hanya bergantung pada otomatisasi. Gunakan pengujian eksplorasi untuk melengkapi cakupan pengujian kamu dan temukan masalah yang mungkin terlewat oleh pengujian yang disusun skrip.


PENUTUP

Testing Is a Journey, Not a Destination
Pengujian Bukan Hanya Tentang Menemukan Bug—Ini Tentang Menjamin Kualitas, Berkolaborasi dengan Tim, dan Terus Berkembang. Nasihat yang akan saya berikan kepada diri saya yang lebih muda berakar pada keyakinan bahwa pengujian adalah perjalanan yang berkelanjutan, di mana pembelajaran, adaptasi, dan pertumbuhan adalah kunci keberhasilan jangka panjang.

Jika kamu baru memulai sebagai tester, atau bahkan jika kamu berpengalaman dan ingin menyempurnakan pendekatan kamu, ingatlah prinsip-prinsip ini. Fokuslah pada kolaborasi, peningkatan berkelanjutan, dan pendekatan yang berpusat pada pengguna, dan kamu akan berada di jalur yang tepat menuju karier yang sukses dan memuaskan dalam pengujian.

Semoga Tips yang saya bagikan bermanfaat. Terima kasih!
Continue reading Tips Yang Akan Saya Berikan Ke Diri Saya Jika Saya Dapat Memulai Karir Saya Dari Awal Sebagai Software Tester
, , ,

Berhenti bekerja!! Kamu Manajer sekarang.

Foto oleh Werner Pfennig:
https://www.pexels.com/id-id/foto/laki-laki-pria-lelaki-suami-6950095/

Siapa sih waktu kecil yang nggak punya mimpi ingin jadi dokter, polisi, atau astronaut pas udah dewasa? Pasti waktu kecil ga kepikiran untuk bermimpi ingin jadi manajer perusahaan, kan? Yaa namanya juga hidup kan ga selalu sesuai rencana. Setelah berjuang keras selama ini, akhirnya kamu berhasil jadi manajer! Selamat ya!

Meskipun agak beda dari mimpi masa kecil, tapi jabatan baru ini keren banget kan? Semoga gaji kamu juga naik banyak ya! Nah, sekarang gimana nih rasanya jadi bos baru?

Jadi manajer itu pada dasarnya sama dengan menjadi spesies profesional yang benar-benar baru. Kamu harus cepat-cepat beradaptasi dengan lingkungan kerja yang kadang bikin pusing. Kamu harus lebih disiplin, lebih cerdas secara emosional yang berkembang di lingkungan kerja yang paling tidak bersahabat atau lingkungan yang mungkin hanya kamu lihat dari jauh atau bahkan tidak pernah kamu lihat sama sekali. Tapi tenang aja, pasti kamu bisa kok! Kamu bakal jadi pemimpin yang hebat.

Sebelum kita bahas lebih lanjut soal jadi bos baru, yuk kita rayakan dulu kesuksesan kamu!

Awal mula jadi Manajer, kamu akan merasa sering sakit kepala dan sering Bingung. Tahu kenapa ?

Jadi, Sekarang kamu mendapat promosi. Momen penentu karier yang disertai kekuatan baru. Saya coba ingat tentang kutipan dari Film Spiderman yang terkenal, isi kutipannya apa ya.. hmm.. Ah ya: Kekuatan besar disertai tanggung jawab besar….Dan sakit kepala. Banyak sekali sakit kepala. Saya rasa Paman Ben lupa bilang soal bagian sakit kepala itu, deh.

Mari kita bahas secara spesifik apa yang membuat perubahan ini terasa seberat paku yang seakan ditancapkan di dalam tengkorakmu. karena jika kamu dapat memahami siapa atau apa yang menyebabkan rasa sakit, pasti lebih mudah cara mengatasinya.

#1: Kamu berhadapan dengan politik kantor untuk pertama kalinya

Kamu dulu senang bekerja sendirian. Kamu mungkin hanya fokus pada tugasmu, menjadi teman yang baik, dan berkontribusi pada tim. Pasti pernah ada saat-saat kamu harus berurusan dengan politik kantor yang rumit, tapi itu ga seberapa dibandingkan dengan terus-menerus bermain "permainan" politik yang sekarang ini harus kamu jalani.

Dunia kerja kamu akan terbuka pada kenyataan yang menyedihkan: pekerjaan itu penting, tapi tempat kerja juga sama pentingnya. Setiap keputusan yang kamu ambil akan berdampak pada seluruh departemen, tim, manajer, dan bos-bos. Kamu harus bisa menyeimbangkan kebutuhan bisnis dengan kepribadian masing-masing, semuanya agar semua orang senang. (Spoiler: selamat datang di dunia yang penuh tantangan!)

#2 Kamu tidak pernah dilatih untuk hal seperti ini.

Tidak semudah mengambil jurusan di perguruan tinggi untuk masuk ke "sekolah" manajemen. Tentu, ada program pendidikan yang membantu mengajarkan teori manajemen. Namun, seberapa sering kehidupanmu berjalan sesuai rencana yang sederhana itu?

Tidak hanya itu, perusahaan pada umumnya tidak menyediakan pelatihan sedikit pun bagi para manajer. Kamu akan dilempar ke medan perang, mencoba mencari tahu semuanya dari awal.

Misalnya, tahukah Kamu…:

Bagaimana menjalankan pertemuan 1:1 yang produktif?

Bagaimana memberikan umpan balik yang mendalam?

Bagaimana cara membuat laporan Anda berkembang menjadi profesional yang lebih baik?

Bagaimana mengadvokasi tim Anda dengan memperjuangkan anggaran dan prioritas yang akan mengarah pada keterlibatan dan retensi mereka yang berkelanjutan?

Coba bayangkan, anggap dirimu sedang beruntung, ketika kamu memiliki manajer yang pengertian dan berpengalaman yang mendampingi kamu selama peralihan profesi menjadi Manajer selanjutnya. Nyatanya, Lebih sering, kamu harus mengandalkan penelitian, membaca, dan belajar dengan gagal berulang kali hingga kamu mulai menemukan jawabannya sendiri.

#3 Kamu akan mengecewakan orang lain

Tidak masalah seberapa bijaksana, penuh pertimbangan, atau seberapa hebat kamu menganggap dirimu. Di suatu tempat dalam perjalanan baru kamu ini, kamu akan mengecewakan seseorang. sangat mengecewakan. Saya jamin itu.

  • Mungkin orang itu yang mengajarkan kamu semua yang kamu ketahui semasa menjadi staff dan sekarang kamu harus membuat keputusan sulit memilih orang lain untuk naik jabatan karena kamu melihat potensi yang lebih besar dari dalam diri orang lain.
  • Mungkin itu bos kamu, saat kamu berjuang demi prioritas timmu, tapi akhirnya ditolak. Kemudian, kamu harus menyampaikan kabar buruk itu kepada timmu.
  • Mungkin itu dirimu sendiri. Kita semua berpikir kita akan berbeda karena sudah berada pada peran manajemen, tapi ternyata kita sendiri juga bisa melakukan kesalahan.

Transisi adalah perjalanan emosional yang tidak akan pernah dapat kamu persiapkan sebelumnya. Membaca tentang impostor syndrome adalah satu hal; tapi mengalaminya sendiri itu lain lagi. Kamu akan mulai mempertanyakan diri sendiri.

Kalau kamu merasa lebih baik, itu bukan hanya impostor syndrome. Kamu juga akan sering melakukan kesalahan!

Apa yang tidak boleh dilakukan?

Baiklah, jadi saya telah membahas beberapa alasan mengapa beralih dari kontributor individu menjadi manajer pertama kali adalah karier yang setara dengan menjadi manusia pertama yang mendarat di Mars. Itu sangat mengasyikkan dan kamu merasa seperti pelopor sejati. Namun, itu juga sangat berbahaya, sepi, dan tidak nyaman.

Lantas, Apa yang bisa kamu lakukan dari sini ?

Hal pertama yang harus kamu lakukan adalah kamu harus sadar tentang apa yang kamu bisa hentikan terkait perilaku yang dulu dapat diterima pada saat kamu masih menjadi seorang IC (Individual Contributor), karena sekarang sudah tidak lagi cocok untuk seorang pemimpin yang berkualitas.

#1: Berhentilah percaya bahwa kamu bisa terus melakukan pekerjaan yang sama

Kita semua pernah membuat kesalahan naif ini. Kamu mendapatkan gelar 'Manajer' yang baru, tetapi entah bagaimana masih berpikir bahwa kamu dapat terus melakukan pekerjaan taktis dan tingkat dasar yang sedang dilakukan oleh timmu.

Kamu harusnya tidak bisa seperti itu lagi.

Saya serius. Pada awalnya semua orang mengatakan mereka mengerti hal ini, tetapi mereka tidak benar-benar memahaminya. Berhentilah sejenak, perlahan-lahan dan biarkan hal ini meresap.

Hidupmu sebagai kontributor individu sudah berakhir.

Kamu harus mengubah pola pikirmu untuk membantu timmu bekerja, bukan kamu yang mengerjakan semuanya sendiri. Kamu mungkin pernah menjadi seorang insinyur, desainer, atau analis yang luar biasa. Tetapi sekaranglah saatnya untuk menjadi seorang pelatih, fasilitator, dan pemimpin.

Kalau kamu tetap mengerjakan semua sendiri, kamu akan kewalahan dan tidak punya waktu untuk fokus pada tugas yang lebih besar sebagai manajer. Tapi, Kalau kamu terlalu ngatur-ngatur kerjaan mereka dan ga ngasih mereka kebebasan buat kerjain tugasnya sendiri, bisa-bisa mereka malah kesel sama kamu. Yang lebih parah lagi, kamu bisa bikin mereka gagal kalau ga pernah bantu mereka buat berkembang dalam karir, ga pernah bela mereka di tim, dan ga pernah nunjukin visi yang jelas buat masa depan tim. Intinya, kamu harus bisa jadi pemimpin yang bisa dipercaya dan ngasih mereka ruang buat berkembang.

Sekali lagi, katakan yang keras bersama-sama :

Hidupmu sebagai kontributor individu telah berakhir.

#2: Stop mikirin kesuksesan itu cuma tentang diri kamu sendiri.

Mungkin kamu selalu jadi karyawan teladan yang kerja keras, gak pernah telat ngumpulin tugas, dan selalu mau ikutan proyek baru. Mungkin kamu percaya kalau itu kunci buat sukses dalam karir. (Dan mungkin itu bener.)

Tapi, sekarang kamu jadi manajer, gaya kerja individualis itu gak bakal berhasil. Pekerjaan kamu bukan lagi tentang seberapa hebat, berbakat, atau rajin kamu. Sekarang, tugas kamu adalah menumbuhkan sifat-sifat itu dalam tim kamu dan bantu mereka jadi yang terbaik, baik secara individu maupun kolektif.

Ke depannya, kontribusi kamu harus lewat orang lain, bukan kamu yang langsung ngasih hasil sendiri.

#3: Berhentilah menyelesaikan setiap masalah sendiri

Kamu kan udah terbiasa kerja sendiri, jadi tiap ada masalah, pasti langsung pengen cepetan diselesain sendiri. Apalagi kalau udah tahu banget caranya dan bisa nemuin solusi keren. Tapi, tahan keinginan itu sebisa mungkin.

Kamu mungkin berpikir kamu dapat membantu dan lebih efisien kalau ngerjain semua masalah sendiri. Tapi sebenarnya, kamu malah bikin tim kamu susah berkembang. Mereka akan jadi:

Intinya mah mereka ga punya kesempatan buat belajar dan ngerasain sendiri gimana caranya ngatasi masalah. Padahal, dengan belajar dari kesalahan, mereka bisa jadi lebih mandiri dan kreatif. Terus, kalau kamu selalu jadi pahlawan penyelamat, nanti mereka malah jadi ketergantungan sama kamu.

Jangan biarkan hal tersebut terjadi.

Ketika masalah muncul, paksa dirimu untuk bertanya daripada memberikan jawaban. Dorong timmu untuk menemukan solusi dan proposal mereka sendiri. Pandu mereka melalui proses menyelidiki akar masalah, mempertimbangkan pendekatan yang berbeda, dan menguraikan implikasi potensial. Sebanyak apapun itu mungkin menyakitkanmu, jangan secara refleks melompat dengan "beginilah cara kita menyelesaikan masalah ini."

Kamu sekarang adalah pelatih di pinggir lapangan yang memberikan perspektif dan kebijaksanaan, bukan pemain bintang.

Apa yang harus dimulai?

Sudah cukup tentang hal-hal yang harus kamu hentikan. Mari kita berikan beberapa saran yang lebih positif dan membangun tentang jenis perilaku yang harus kamu mulai terapkan sebagai manajer baru

#1 Mulai bersikap sangat transparan dan membangun kepercayaan

Salah satu hal terpenting buat jadi pemimpin yang sukses adalah membangun dan menjaga kepercayaan. Kalau ga ada kepercayaan ini, semuanya bisa jadi kacau—pengambilan keputusan jadi ga jelas, orang-orang pasti merasa dibohongi, dan suasana kerja jadi ga nyaman kayak kena virus.

Cara ngatasinya adalah dengan selalu terbuka dalam segala hal. Terus terangin alasan di balik setiap keputusan yang kamu ambil, meskipun ada hal yang belum pasti atau berisiko. Misalnya:

  • Kalau kamu harus pilih antara dua hal penting karena ada arahan dari atasan, jelasin aja alasannya.
  • Kalau kamu ga bisa nambah orang atau anggaran buat tim, jelasin kenapa.
  • Kalau kamu terus-terusan tunda masalah yang penting buat tim, jujur aja alasannya kenapa.

Ingat: orang ga bisa nebak-nebak sendiri—mereka ga punya semua informasi yang kamu punya (dan mereka ga bisa baca pikiran kamu).

Keterbukaan dan kepercayaan bakal bikin tim kamu merasa aman dan punya informasi yang cukup buat kerja maksimal.

#2 Mulai keluar dari zona nyamanmu!

Dulu, sebagai individu, kamu mungkin bisa fokus pada skill dan tugas yang sesuai dengan bakat alami kamu. Kalau kamu introvert, kamu bisa fokus pada kerja solo. Kalau kamu ekstrovert, kamu mungkin suka peran yang melibatkan interaksi dengan orang lain. Kalau kamu suka coding, ya coding. Kalau kamu suka desain visual, kamu bisa desain sepanjang hari.

Tapi, sekarang kamu jadi manajer, jadi semuanya berbeda. Kamu harus bisa mengerjakan banyak tanggung jawab dan disiplin yang berbeda.
  • Mungkin kamu harus belajar berbicara di depan umum untuk mempromosikan kerja tim kamu dan meningkatkan profil mereka.
  • Atau mungkin kamu harus bernegosiasi untuk kontrak, anggaran, atau jumlah karyawan.
  • Mungkin juga kamu harus jadi ahli cerita data untuk mendapatkan dukungan untuk rencana kerja dan visi kamu.
Kamu harus menemukan cara untuk mengembangkan keterampilan baru dan cara mengatasi situasi-situasi yang tidak nyaman yang muncul saat menjadi manajer.

Berikan diri kamu banyak kesempatan untuk berkembang menjadi pemimpin yang seimbang, mampu menciptakan fokus, dan mencapai hasil melalui orang lain.

#3 Mulai jadi pembela dan pendukung tim kamu!

Kamu harus mulai secara aktif membela tim kamu dan berjuang memastikan mereka punya semua sumber daya, dukungan, dan kesempatan yang mereka butuhkan dari organisasi yang lebih besar. Kamu harus berkomitmen untuk selalu berjuang untuk prioritas tim kamu, perkembangan karir mereka, dan kesejahteraan mereka secara keseluruhan.

Ini artinya:

Dengan kata lain, ini berarti kamu harus berani mengambil risiko untuk membela orang-orang yang mengandalkan kamu sebagai pemimpin mereka. Ini membutuhkan perubahan cara berpikir yang berbeda, yaitu memprioritaskan pembelaan tim daripada pencapaian pribadi.

Berjuanglah untuk tim kamu, agar mereka punya ruang dan motivasi untuk memberikan hasil terbaik.

Continue reading Berhenti bekerja!! Kamu Manajer sekarang.